Investasi Aman, Masa Depan Nyaman

Baru-baru ini, viral seseorang dengan gaji Rp 80 juta sebulan namun terlilit hutang sejak dirinya dirumahkan akibat pandemi. Banyak orang bertanya, “Bagaimana bisa?”. Terlepas dari banyaknya artikel yang membahas pekerjaan seperti apa yang bisa memberikan gaji 80 juta setiap bulannya, kisah ini pun menjadi perhatian bagi para perencana keuangan yang kian memberikan penekanan pada pentingnya investasi.

Investasi mungkin merupakan kata yang tidak lagi asing di telinga kita. Beberapa orang mungkin sudah memiliki pengetahuan & pengalaman investasi yang cukup mumpuni untuk menyebut dirinya sebagai investor. Bagi yang belum, mungkin perlu dipertimbangkan untuk segera memulai investasi. Pertanyaannya sekarang, “harus mulai dari mana?”

Tips Memulai Investasi

Untuk memulai investasi, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengatur pengeluaran. Banyak perencana keuangan menyarankan alokasi budget pengeluaran menggunakan formula 10-20-30-40 yang terdiri atas:

  • 10% untuk kebaikan seperti zakat dan donasi;
  • 20% untuk dana darurat & investasi;
  • 30% untuk cicilan;
  • 40% untuk pengeluaran rutin;

Formula tersebut diurutkan berdasarkan pos mana yang terlebih dahulu disisihkan. Jadi jika kalian termasuk tipe orang yang menabung atau berdonasi jika masih ada sisa uang (setelah belanja & bayar cicilan), urutannya dibalik ya. Lalu buatlah prioritas kebutuhan belanja. Susunlah kebutuhan dari yang paling penting (seperti makan, kos, BBM) hingga yang bisa
digolongkan pada kebutuhan “mewah”. Dengan demikian, kita akan terhindar dari godaan mengambil jatah pos lain untuk keperluan belanja rutin. Misalnya apabila mengincar gadget
model terbaru, lihat kembali daftar prioritasmu; apakah ada kebutuhan yang bisa dihemat? (misalnya dengan mengurangi jajan & perbanyak bawa bekal dari rumah). Jangan alokasi dana darurat yang menjadi taruhannya.

Yang terpenting, be CONSISTENT!

Selanjutnya, agar investasi tidak sekedar menjadi spekulasi, sedikitnya ada tiga hal yang harus diperhatikan:

1. Know your goals

Buatlah daftar kebutuhan dan keinginan yang ingin dicapai di masa depan. Lengkapilah deskripsi tiap item kebutuhan dan/atau keinginan tersebut dengan nominal akuisisi (di sini ilmu Time Value of Money menjadi penting) dan target pemenuhannya (dalam tahun). Usahakan untuk dapat mendeskripsikan tiap item se-spesifik dan se-detail mungkin, misalnya “Rumah di Pondok Indah, 2 lantai, 4 kamar tidur, taman depan & belakang, carport kapasitas 2”

2. Understand your game

Sejatinya, instrumen investasi yang kita kenal hanya berada di antara 2 kategori; yaitu instrumen hutang (debt) dan instrumen berbentuk kepemilikan (equity). Berinvestasi pada instrumen hutang memungkinkan kita memperoleh income secara periodik, seperti misalnya saat berinvestasi melalui deposito atau obligasi. Adapun instrumen ekuitas terikatnya dana dengan sejumlah ekspektasi imbal hasil tertentu. Masing-masing instrumen memiliki
tingkat risiko tersendiri sehingga sangat penting untuk menyesuaikan pilihan instrumen dengan horizon pemenuhan goals dan preferensi risiko; yang terdiri atas kemauan (willingness) & kemampuan (ability) seseorang mengambil risiko. Sebagai rule of thumb, instrumen hutang digunakan untuk goals yang ingin dipenuhi dalam jangka pendek (<5 tahun), sedangkan instrumen ekuitas lebih sesuai untuk pemenuhan goals jangka panjang (>5 tahun, beberapa perencana keuangan berpendapat >7 tahun).

3. Sit back & relax

Seorang Warren Buffet pernah berkata “takutlah pada saat orang lain serakah”. Tidak ada yang lebih baik dari nasihat ini jika kita ingin membedakan investor dan spekulator. Di satu sisi, memang betul bahwa volatilitas investasi seringkali membuat goyah iman; terlebih saat level pengetahuan investasi tidak secanggih Buffet. Namun sepanjang kita fokus pada
tujuan & yakin bahwa dana investasi ini bersumber “dana diam”; ditambah dengan pemilihan instrumen yang disesuaikan dengan asesmen risiko horizon investasi, menjadi tenang saat berinvestasi bukanlah suatu hal yang sulit

Dana Darurat vs Investasi

Pertanyaan berikutnya yang sering muncul adalah terkait perbedaan (atau persamaan) dana darurat dan investasi. Apalagi mengacu pada formula alokasi pengeluaran, terlihat bahwa keduanya berada di pos yang sama. Lalu apakah perbedaan di antara keduanya?

Dana darurat atau emergency fund adalah sejumlah dana yang disiapkan sebagai antisipasi jika nantinya sesuatu tak terduga terjadi dan mengubah kondisi sumber utama pemasukan
seseorang, misalnya jika terjadi PHK atau terkena kondisi medis yang tidak lagi memungkinkan seseorang untuk bekerja. Keberadaan dana darurat dimaksudkan agar
seseorang tetap dapat melanjutkan hidup pasca “kejutan”, tanpa harus mengambil opsi hutang. Para pakar meyakini bahwa saldo dana darurat yang aman adalah senilai minimal 3 sampai 6 bulan pengeluaran rutin.

Dana darurat berbeda dari investasi dari sisi tujuan pemakaian dan urgensinya. Oleh karena dana darurat disiapkan untuk membentengi kita dari krisis, dana darurat wajib ditempatkan pada instrumen yang likuid dan minim kejutan, seperti rekening tabungan. Fakta bahwa kita tidak pernah dapat memprediksi masa depan membuat rekening tabungan yang mudah diakses kapan saja menjadi pilihan yang tepat untuk menampung porsi dana darurat kita. Adapun jika ditinjau dari prioritas alokasi, para pakar meyakini bahwa keamanan dana
darurat turut menjadi prasyarat seseorang untuk melakukan investasi. Artinya, investasi baru dilakukan ketika seseorang memiliki excess funds setelah kebutuhan alokasi dana darurat nya terpenuhi. Excess funds inilah yang seringkali disebut sebagai “dana diam”

Pada akhirnya, tidak ada kata terlalu dini untuk memulai investasi. Jangan sampai berapapun gaji yang kita terima hanya sekedar “numpang lewat” di rekening sebelum akhirnya menguap akibat pengeluaran atau cicilan untuk “pemuas gengsi”. Kemudian bagi para milenial, apakah kalian menerima bahwa; seperti anggapan orang banyak, milenial tidak akan bisa punya rumah sendiri bahkan hingga pensiun? Saya (yang kebetulan masih bisa digolongkan sebagai milenial) sih tidak terima ya. Bagaimana dengan kamu?

 

" Tidak ada kata terlalu dini untuk memulai investasi. Jangan sampai berapapun gaji yang kita terima hanya sekedar "numpang lewat" di rekening sebelum akhirnya menguap akibat pengeluaran atau cicilan untuk "pemuas gengsi". "

Anggita Leviastuti, S.T., M.Sc. Tweet

Like this article?

Share on facebook
Share on Facebook
Share on twitter
Share on Twitter
Share on linkedin
Share on Linkedin
Share on whatsapp
Share on Whatsapp

Leave a comment

LIPSP FTI ITB

Laboratorium Inovasi dan Pengembangan Sistem Perusahaan 

email: lipspftiitb@gmail.com

Copyright @2020

logo lipsp